Join Me On Facebook

Minggu, 25 November 2012

MAKALAH Realistic Mathematics Education (RME)

 
BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang mutlak bagi manusia agar dapat membangun peradaban bangsanya. Dalam pendidikan itu, manusia diajarkan dengan berbagai disiplin ilmu sebagai salah satu disiplin ilmu yang diajarkan diberbagai jenjang pendidikan dasar sampai perguruan tinggi adalah matematika.
Salah satu karakteristik matematika adalah mempunyai objek yang bersifat abstrak. Sifat abstrak ini menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam memahami matematika. Selain itu, belajar matematika siswa belum bermakna, sehingga dalam hal ini siswa sangat lemah.
Jennings dan Dunne (Suharta, 2004) mengatakan bahwa, kebanyakan siswa rnengalami kesulitan dalam mengaplikasikan matematika ke dalam situasi kehidupan real. Hal ini yang menyebabkan sulitnya matematika bagi siswa adalah karena pembelajaran matematika kurang bermakna.
Kondisi pembelajaran yang kurang bermakna dialami oleh sekolah-sekolah baik pendidikan dasar maupun pendidikan menengah. Salah satu asumsi dibalik kurang memuaskannya kualitas proses pembelajaran matematika adalah disebabkan metode, strategi dan pendekatan yang digunakan oleh pendidik kurang efektif dalam proses pembelajaran strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru-guru masih menggunakan pendekatan tradisional atau mekanistik dimana siswa secara pasif menerima konsep, rumus dan kaidah (mernbaca, mendengarkan, mencatat, menghafal) tanpa memberikan kontribusi ide-ide dalam proses pernbelajaran
Oleh karena itu, perlu adanya inovasi dalam pembelajaran matematika yakni perubahan dalam strategi pembelajaran termasuk pendekatan pembelajaran.
B.     RUMUSAN MASALAH
1.  Apa yang dimaksud dengan Pendekatan Realistik dalam pembelajaran matematika?
2.  Apa perbedaan antara Pendekatan Realistik dengan pembelajaran secara tradisional serta perbandingannya dengan pendekatan kontekstual ?
3.  Apa ciri  Pendekatan Realistik dan langkah yang ditempuh untuk menerapkannya?
4.  Apa manfaat dari Pendekatan Realistik ? 
5.  Hubungan antara Pendekatan Realistik dengan hasil belajar dan kemampuan pemecahan masalah.
C.    TUJUAN
1.  Dapat menjelaskan tentang pengertian dari Pendekatan Realistik.
2.  Dapat membedakan antara Pendekatan Realistik dengan pembelajaran secara tradisional
3.   Dapat menjelaskan ciri  Pendekatan Realistik dan langkah yang ditempuh untuk menerapkannya.
4.  Dapat menyebutkan manfaat dari Pendekatan Realistik.
5.  Dapat menjelaskan hubungan antara Pendekatan Realistik dengan hasil belajar dan kemampuan pemecahn masalah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.     Pengertian Pendekatan Realistik Dalam Pembelajaran Matematika
Kata “realistik” merujuk pada pendekatan dalam pendidikan matematika yang telah dikembangkan di Belanda selama kurang lebih 30 tahun. Pendekatan ini mengacu pada pendapat Freudenthal  (dalam Gravemeijer, 1994) yang mengatakan bahwa matematika harus dikaitkan dengan realita dan kegiatan manusia. Pendekatan ini kemudian dikenal dengan Realistic Mathematics Education (RME).
Realistic Mathematics Education (RME) atau Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) merupakan teori belajar mengajar dalam pendidikan matematika. Teori RME ini mengacu fakta pendapat freundenthl (Asmin, 2001) yang juga mengatakan bahwa "matematika harus dekat dengan anak dan relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari".
Soedjadi (2001: 2) mengemukakan bahwa pembelajaran matematika realistik pada dasarnya pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami peserta didik untuk memperlancar proses pembelajaran matematika sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan matematika secara lebih baik dari pada masa lalu. Lebih lanjut Soedjadi menjelaskan yang dimaksud dengan realitas yaitu hal-hal nyata atau konkrit yang dapat dipahami atau diamati peserta didik lewat membayangkan, sedang yang dimaksud dengan lingkungan adalah lingkungan tempat peserta didik berada baik lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat yang dapat dipahami peserta didik. Lingkungan ini juga disebut juga kehidupan sehari-hari.
B.     Perbedaan antara Matematika Realistik dengan Matematika  Tradisonal.
Pada Matematika Tradisional, matematika diletakkan sebagai salah satu mata pelajaran wajib. Pembelajaran matematika lebih ditekankan pada ilmu hitung dan cara berhitung. Urutan-urutan materi seolah-olah telah menjadi konsensus masyarakat. Karena seolah-olah sudah menjadi konsensus maka ketika urutan dirubah sedikit saja protes dan penentangan dari masyarakat begitu kuat. Untuk pertama kali yang diperkenalkan kepada siswa adalah bilangan asli dan membilang, kemudian penjumlahan dengan jumlah kurang dari sepuluh, pengurangan yang selisihnya positif dan lain sebagainya.
Kekhasan lain dari pembelajaran matematika tradisional adalah bahwa pembelajaran lebih menekankan hafalan dari pada pengertian, menekankan bagaimana sesuatu itu dihitung bukan mengapa sesuatu itu dihitungnya demikian, lebih mengutamakan kepada melatih otak bukan kegunaan, bahasa/istilah dan simbol yang digunakan tidak jelas, urutan operasi harus diterima tanpa alasan, dan lain sebagainya sehingga dalam hal ini guru sangatlah aktif.
Berbeda dengan Matematika Realistik, Menurut Zulkardi (Ermayana: 2003) dalam matematika realistik guru hanya sebagai fasilitator belajar dan mampu membangun pengajaran yang interaktif. Guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk seeara aktif menyumbang pada proses belajar dirinya, dan secara aktif membantu siswa dalam menafsirkan persoalan riil dan tidak terpancang pada materi yang termaktub dalam kurikulum, melainkan aktif rnengaitkan kurikulum dengan dunia riil, baik fisik maupun sosial. Ada beberapa ciri khas yang menonjol pada pembelajaran matematika realistik. Ciri khas yang pertama adalah digunakannya masalah atau soal-soal yang berawal dalam kehidupan sehari-hari, yang kongkrit atau yang ada dalam alam pikiran siswa, sebagai titik awal proses pembelajaran. Ciri khas lain dalam pembelajaran realistik adalah siswa diperlukan sebagai peserta aktif dalam proses pembelajaran. Telah disebutkan diatas, pengajaran sering kali diinterpretasikan sebagai aktivitas yang dilakukan oleh guru, mula-mula ia mengenalkan objek, memberikan satu atau dua contoh kemudian menanyakan pertanyaan satu atau dua, kemudian meminta kepada siswa yang pasti untuk lebih aktif dengan memulainya melengkapi latihan-latihan soal dari buku. Umumnya pelajaran akan berakhir dan terorganisasi secara baik. Pelajaran berikutnya akan mengikuti pelajaran yang serupa. Akan tetapi pendidikan matematika yang pembelajaran bermula dari reality membuat pembelajaran menjadi semakin kompleks.
C.    Langkah yang Ditempuh Untuk Menerapkannya.
Peneraan RME memiliki langkah sebagai berikut :
1.      Materi sebelum diberikan kepada siswa terlebih dahulu siswa diberikan kegiatan terencana ( alat peraga, permainan, soal-soal realistik, lewat nyanyian, dsb ) yang mengarahkan agar siswa dapat menemukan atau mengkonstruk pengetahuannya sendiri. Semua kegiatan yang direncanakan tersebut dapat dikerjakan oleh siswa secara informal berdasar apresiasi atau cara spesifik siswa ( karena materi tersebut belum diberikan guru kepada siswa ).
2.      Guru mengamati/menilai/memeriksa hasil pekerjaaan siswa. Guru perlu menghargai keberagaman jawaban siswa.
3.      Guru dapat meminta satu atau dua siswa untuk mendemondtrasikan cara menyelesaikan pekerjaan tersebut di depan kelas.
4.      Dengan tanya jawab, guru dapat mengulangi jawaban siswa agar siswa yang lain memiliki gambaran yang jelas.
5.      Guru baru menerangkan pokok bahasan pendukung soal yang baru saja dibahas, termasuk cara yang tepat untuk menyelesaikan soal tersebut.
6.      Pada akhirnya siswa diharapkan dapat mengkonstruk pengetahuannya sendiri. Tetapi, guru tetap memberikan arahan secukupnya jika hal itu memang diperlukan.
D.    Manfaat  Pendekatan Realistik
Pembelajaran MR diawali dengan fenomena, kemudian siswa dengan bantuan guru diberikan kesempatan menemukan kembali dan mengkonstruksi konsep sendiri.  Setelah itu, diaplikasikan dalam masalah  sehari-hari atau dalam bidang lain.
Adapun manfaat dari pembelajaraan MR adalah :
·         Untuk siswa
1.      Siswa lebih mudah menyelesaikan masalah dikaitkan dengan masalah-masalah dalam kehidupan nyata.
2.      Siswa dapat menyelesaikan secara informal sebelum menggunakan secara formal sehingga mendorong siswa untuk belajar di dalam kehidupan nyata.
3.      Siswa dapat mengkonstruk pengetahuannya sendiri dan lebih aktif.
·         Untuk Guru
1.      Membantu Guru dalam pemahaman masalah
2.      Guru dapat mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa terhadap konsep masalah yang ada.
3.      Guru dapat mengaitkan topik dengan masalah kehidupan sehari-hari.
4.      guru hanya sebagai fasilitator belajar dan mampu membangun pengajaran yang interaktif.
A.    Hubungan antara Pendekatan Realistik dengan hasil belajar dan kemampuan pemecahan masalah.
a         Hubungan antara Pendekatan Realistik dengan kemampuan pemecahan masalah.
Belajar melalui pendekatan pemecahan masalah ditujukan kepada pengembangan generalisasi-generalisasi yang akan membantu individu untuk memecahkan masalah-masalah yang ditemukannya. Proses pemecahan masalah menghasilkan lebih banyak prinsip yang dapat membantu pemecahan masalah selanjutnya. Pemecahan terhadap suatu masalah biasanya dilakukan dengan mempelajari prinsip-prinsip kemudian menerapkannya ke dalam pemecahan masalah tersebut.
Kemampuan pemecahan masalah dengan pendekatan realistik matematika perlu diupayakan agar siswa mempunyai pengalaman menemukan kembali objek-­objek matematika dengan bimbingan guru. Dalam hal ini siswa mengidentifikasi masalah realistik yang konstektual harus ditransfer ke dalam masalah bentuk matematika untuk dipahami lebih lanjut melalui penskemaan, perumusan, pemvisualisasian, siswa mencoba menemukan kesamaan dan hubungan masalah dan mentransfernya ke dalam bentuk model matematika informal atau formal peranan guru adalah membantu memberikan gambaran model-model matematika yang cocok untuk mempresentasekan masalah tersebut.
Untuk memecahkan masalah-masalah matematika, kepada siswa harus diawali dengan masalah konstektual, yaitu masalah realistik (dunia nyata), atau setidak-tidaknya masalah yang dapat dikhayalkan atau dibayangkan sebagai sesuatu yang nyata. Hal ini dengan mempertimbangkan dua aspek yaitu kecocokan penggunaan konteks dalam pembelajaran, dan kecocokan dampak dalam proses penemuan kembali model matematika dari masalah konstektual tersebut.
Selain itu diarahkan untuk menyelesaikan model matematika (informal atau formal) dari masalah konstektual dengan menggunakan konsep, operasi, dan prinsip matematika yang berlaku dan dipahami siswa secara benar untuk mendapatkan jawaban yang benar pula. Pada akhirnya siswa merumuskan dan menggeneralisasikan jawaban masalah dengan membandingkan jawaban dengan konteks dan kondisi masalah. Dengan bantuan guru, siswa menunjukkan keterkaitan konsep, operasi, dan prinsip matematika yang digunakan dan menggeneralisasikannya.
Jadi dalam memecahkan masalah dengan menggunakan pendekatan realistik, siswa sendiri mengembangkan model-model pemecahan atau pemecahan masalah konstektual. Model-model yang dikembangkan sendiri oleh siswa berfungsi menjembatani jurang antara pengetahuan matematika informal dan pengetahuan matematika formal dari siswa. Siswa mengembangkan model dari masalah konstektual dengan menggunakan model matematika yang telah diketahuinya. Dimulai dengan menyelesaikan masalah konstektual dari situasi nyata yang siswa,sudah kenal, kemudian menemukan model dan masalah tersebut, dan selanjutnya diikuti dengan menemukan model untuk masalah tersebut dan akhirnya mendapatkan penyelesaian masalah dalam bentuk pcngetahuan matematika yang formal.
b        Hubungan antara Pendekatan Realistik dengan hasil belajar.
Hasil belajar siswa langsung dipengaruhi oleh pengalaman siswa dan realitas internal, Faktor­-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, yang akan dibahas dalam pembahasan ini hanya faktor siswa, guru, sebagai berikut:
1) Siswa
a) Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa merupakan prinsip yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, siswa tidak hanya mendengar sejumlah teori-teori secara pasif, melainkan siswa harus aktif dan sungguh-sungguh dalam semua kegiatan pembelajaran, seperti mendengar, menulis, tanya jawab, diskusi, praktik dan lain-lain. aktivitas selama pembelajaran matematika realistik adalah mendengarkan, memperhatikan penjelasan guru atau teman kelompok, mencatat pertanyaan guru, mengerjakan, mendiskusikan pertanyaan guru melalui LKS, menyajikan hasil diskusi kelompok, menanggapi jawaban hasil diskusi kelompok lain, merangkum materi pelajaran, menulis/mengerjakan PR atau kuis, dan perilaku yang tidak relevan dengan pembelajaran (Sardiman, 2000: 34).
b) Respon Siswa
Salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap keberhasilan proses pembelajaran adalah siswa. Faktor diri siswa yang berpengaruh terhadap proses pembelajaran tersebut antara lain adalah perhatian, bakat, minat, intelegensi dan motivasi untuk belajar (Slamet, 2003: 55). Motivasi dipandang sebagai suatu proses dalam diri siswa yang menyebabkan munculnya tingkah laku ke arah tujuan yang diharapkan. Motivasi dibedakan atas motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah motivasi yang berasaI dari dalam diri siswa. Sedangkan motivasi ekstrinsik berasal dari luar diri siswa.
Dalam kaitannya dengan pembelajaran matematika, (Sahabuddin 1999:63) mengemukakan bahwa apabila seorang siswa memiliki motivasi tinggi dalam belajar matematika, maka ia akan mempelajari matematika dengan sungguh-sungguh sehingga ia mempunyai pengertian yang lebih mendalam dan dengan mudah mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Sedangkan, siswa yang motivasi belajarnya rendah akan menimbulkan kegagalan dalam belajamya.
Berdasarkan uarain di atas, maka dapat disimnpuJkan bahwa seorang siswa yang mempunyai motivasi tinggi dalam belajar matematika akan memberikan respon positif dan sebaliknya sisvra yang motivasi belajar rendah akan memberikan respon negatif yang diwujudkan dalam sikap atau pendapat yang diberikan terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung.
2). Guru
Guru merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Guru merupakan peIaksana pembelajaran rill kelas, sebab guru yang mampu mengelola proses belajar akan mempengaruhi mutu pelajaran. Penguasaan materi dan cara penyampaiannya merupakan syarat mutlak bagi seorang guru. Seorang guru yang tidak menguasai materi matematika dengan baik, tidak mungkin ia dapat mengajar matematika dengan baik. Demikian juga seorang guru yang tidak menguasai berbagai cara penyampaian dapat menimbulkan kesulitan siswa dalarn memahami matematika (Sardiman, 2000:87).
Dari uraian di atas, dalarn kegiatan pengembangan perangkat ini kondisi guru adalah kemarnpuan guru dalam mengelola pembelajaran matematika realistik yang meliputi pendahuluan, kegiatan inti, penutup.


BAB  III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Pendekatan realistik adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang menerapkan agar pembelajaran bertitik tolak pada hal-hal yang nyata bagi siswa, menekankan keterampilan berdiskusi, dan berargumentasi dengan teman sekelas. Sehingga mereka dapat menemukan sendiri, dan pada akhirnya menggunakan matematika dalam menyelesaikan masalah baik secara individu maupun secara kelompok.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar